Rabu, 04 Februari 2015

Ceritaku


Senin tanggal 19 Agustus 2013 jam 07.00 sudah siap menuju medan pertempuran. Suatu jalan yang sudah diaspal saudara dan saya tinggal melauinya saja. Baju kebanggaan dari bapak telah rapi disetelika dengan setelan celana hitam bekas PPL dulu. Tak lupa pamit kepada Ibuku dan kepada mbak dan mas. Seutas doa dari mereka demi keberhasilan anak dan adiknya. Suatu pengharapan kepada Alloh agar pemuda harapan keluarga dapat diterima kerja.
Ya... saat itu saya hendak melamar kerja di salah satu sekolah negeri di mojokerto. Keluarga berharap saya menjadi guru di sekolah itu. Kenapa? Karena itulah pesan terakhir bapak sebelum pergi ke akhirat. Almarhum bapak menginginkan anak laki – lakinya kelak menjadi guru mengikuti jejaknya. Sebuah tugas berat yang harus saya pikul karena selepas lulus kuliah sedikitpun tidak terbesit dalam otak saya menjadi guru.
Ku pacu sepedaku sambil berharap antara diterima sama tidak. Selama perjalanan masih memantapkan hati karena jika diterima saya harus menjalani profesi yang tidak saya sukai. Dan jika tidak diterima maka harus siap – siap melihat wajah sedih dari orang – orang yang saya sayangi. Sebuah perasaan yang campur aduk sambil tetap kosentrasi ketika berkendara.
Pukul 08.00 sudah sampai di lokasi sekolah tetapi saya membuat janji dengan salah seorang guru pukul 09.00. saya mencari warung kopi untuk menghabiskan waktu satu jam sambil memantapkan hati. Dan akhirnya gong dibunyikan, waktu menunjukkan jm 09.45 berarti saya harus ke sekolah. Sesampainya di sekolah saya menghubungi guru tersebut dan ternyata beliaunya sudah diruang tamu. Saya bingung memberikan ekspresi seperti apa karena tiba – tiba saya disuruh menghadap ke bapak kepala sekolah lansung. Keringat dingin mulai bercucuran sambil menunggu kepala sekolah melihat surat lamaran dan curiculum vitae. Dan yang lebih terkejunya saya ditanya kesiapan kerja mulai kapan. Dan seketika mulut melontarkan “sekarang siap”.
Dan pada hari itulah saya mulai menjalani profesi baru seorang guru. Profesi yang tidak saya inginkan. Saya menjadi guru Bimbingan dan konseling sesuai dengan ijazah saya. Saya diperkenalkan kepada guru – guru diruangan tersendiri. Karena guru BK mempunyai rungan sendiri, terpisah dengan ruang guru. Setelah perkenalan mulailah keruwetan fikiran saya kambuh. Karena saya orang baru yang terjerumus di neraka jahannam, saya tidak tahu sama sekali tugas guru BK. Walaupun ketika kuliah diajari tetapi lebih banyak saya buat bolos buat ikut organisasi. Alloh terlalu baik kepadaku, Alloh memberikan guru – guru BK yang baik, aktif dan kreatif yang sabar membimbingku dari nol.
Setelah bel pulang akhirnya penderitaan saya berakhir dan saya segera memacu sepeda motor agar cepat keluar dari lingkunga sekolah. Sesampainya dirumah saya disambut oleh ibu dengan pertanyaan “gimana le? Diterima?” dengan berat hati saya menjawab “Nggeh bu” dan pada saat itu ibu sujud syukur karena anaknya diterima menjadi guru. Sebuah fenomena yang meruntuhkan pemikiran awal saya dan memberikan pelajaran yang berharga.

Dulu ketika saya kuliah, saya ingin kerja di perusahaan agar mendapatkan penghasilan yang besar agar bisa membahagiakan orang tua. Dan itu semua diruntuhkan oleh sujud syukur ibu. Ya... “orang tua tidak menginginkan hartamu ketika sukses, cukup patuhi permintaannya saja sudah cukup bahagia”.