Senin tanggal 19 Agustus 2013 jam 07.00 sudah siap menuju medan
pertempuran. Suatu jalan yang sudah diaspal saudara dan saya tinggal melauinya
saja. Baju kebanggaan dari bapak telah rapi disetelika dengan setelan celana
hitam bekas PPL dulu. Tak lupa pamit kepada Ibuku dan kepada mbak dan mas.
Seutas doa dari mereka demi keberhasilan anak dan adiknya. Suatu pengharapan
kepada Alloh agar pemuda harapan keluarga dapat diterima kerja.
Ya... saat itu saya hendak melamar kerja di salah satu sekolah negeri
di mojokerto. Keluarga berharap saya menjadi guru di sekolah itu. Kenapa?
Karena itulah pesan terakhir bapak sebelum pergi ke akhirat. Almarhum bapak
menginginkan anak laki – lakinya kelak menjadi guru mengikuti jejaknya. Sebuah
tugas berat yang harus saya pikul karena selepas lulus kuliah sedikitpun tidak
terbesit dalam otak saya menjadi guru.
Ku pacu sepedaku sambil berharap antara diterima sama tidak. Selama
perjalanan masih memantapkan hati karena jika diterima saya harus menjalani
profesi yang tidak saya sukai. Dan jika tidak diterima maka harus siap – siap
melihat wajah sedih dari orang – orang yang saya sayangi. Sebuah perasaan yang
campur aduk sambil tetap kosentrasi ketika berkendara.
Pukul 08.00 sudah sampai di lokasi sekolah tetapi saya membuat janji dengan
salah seorang guru pukul 09.00. saya mencari warung kopi untuk menghabiskan
waktu satu jam sambil memantapkan hati. Dan akhirnya gong dibunyikan, waktu
menunjukkan jm 09.45 berarti saya harus ke sekolah. Sesampainya di sekolah saya
menghubungi guru tersebut dan ternyata beliaunya sudah diruang tamu. Saya
bingung memberikan ekspresi seperti apa karena tiba – tiba saya disuruh
menghadap ke bapak kepala sekolah lansung. Keringat dingin mulai bercucuran
sambil menunggu kepala sekolah melihat surat lamaran dan curiculum vitae. Dan
yang lebih terkejunya saya ditanya kesiapan kerja mulai kapan. Dan seketika
mulut melontarkan “sekarang siap”.
Dan pada hari itulah saya mulai menjalani profesi baru seorang guru.
Profesi yang tidak saya inginkan. Saya menjadi guru Bimbingan dan konseling
sesuai dengan ijazah saya. Saya diperkenalkan kepada guru – guru diruangan
tersendiri. Karena guru BK mempunyai rungan sendiri, terpisah dengan ruang
guru. Setelah perkenalan mulailah keruwetan fikiran saya kambuh. Karena saya
orang baru yang terjerumus di neraka jahannam, saya tidak tahu sama sekali
tugas guru BK. Walaupun ketika kuliah diajari tetapi lebih banyak saya buat
bolos buat ikut organisasi. Alloh terlalu baik kepadaku, Alloh memberikan guru
– guru BK yang baik, aktif dan kreatif yang sabar membimbingku dari nol.
Setelah bel pulang akhirnya penderitaan saya berakhir dan saya segera
memacu sepeda motor agar cepat keluar dari lingkunga sekolah. Sesampainya
dirumah saya disambut oleh ibu dengan pertanyaan “gimana le? Diterima?” dengan
berat hati saya menjawab “Nggeh bu” dan pada saat itu ibu sujud syukur karena
anaknya diterima menjadi guru. Sebuah fenomena yang meruntuhkan pemikiran awal
saya dan memberikan pelajaran yang berharga.
Dulu ketika saya kuliah, saya ingin kerja di perusahaan agar
mendapatkan penghasilan yang besar agar bisa membahagiakan orang tua. Dan itu
semua diruntuhkan oleh sujud syukur ibu. Ya... “orang tua tidak menginginkan
hartamu ketika sukses, cukup patuhi permintaannya saja sudah cukup bahagia”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar